Tuesday, March 01, 2005

Revitalisasi Lapangan Sepak Bola Persija

Kompas, Selasa, 01 Maret 2005
http://www.kompas.com/kompas-cetak/0503/01/metro/1582159.htm

Nirwono Joga

DINAS Pertamanan DKI Jakarta tetap bersikukuh menggusur lapangan sepak bola Persija di Menteng, Jakarta Pusat, untuk diubah menjadi "taman kota" yang terasa naif dan menggelikan (Kompas, 23/2/2005).

Lapangan sepak bola Persija di Menteng merupakan salah satu lapangan sepak bola kebanggaan warga Jakarta dan paling bersejarah, baik dalam sejarah Kota Jakarta maupun persepakbolaan di Jakarta dan Indonesia.

Menilik dari sejarah, aset, dan potensi, lapangan sepak bola Persija yang telah berusia 84 tahun (1921) patut dikategorikan sebagai kawasan lanskap cagar budaya, dilindungi, dilestarikan, dan dikembangkan secara hati-hati.

Ibarat sebuah bangunan tua bersejarah yang diratakan untuk kemudian didirikan bangunan baru modern yang terasa hambar, perubahan fungsi lapangan sepak bola Persija menjadi "taman kota" sama sekali tak memiliki akar keterkaitan sejarah kota dan sejarah persepakbolaan yang panjang dan tak ternilai harganya.

Legenda sepak bola Belanda, Johan Cruyff, memelopori konsep tradium (trade and stadium) yang mengombinasikan (simbiosis mutualisme) konsep dagang untuk mendapatkan pemasukan dana pemeliharaan dan pengelolaan stadion sepak bola secara profesional. Konsep ini telah sukses dipraktikkan dalam pembangunan stadion-stadion sepak bola di Belanda, Inggris, Jerman, Italia, Perancis, dan Spanyol.

Perkembangan zaman menuntut multifungsi ruang publik yang perlu diakomodasi dengan berbagai program kegiatan yang dapat dipersiapkan menghidupkan lapangan sepak bola sepanjang hari. Pertandingan kompetisi reguler klub- klub sepak bola lokal yang didukung sekolah sepak bola anak-anak ataupun yang sekadar hobi (sewa) merupakan atraksi utama yang dapat dinikmati semua orang setiap saat. Di waktu- waktu khusus, lapangan sepak bola dapat menjadi ajang festival seni dan budaya, seperti Festival Menteng (konser musik, festival tari, festival rakyat Betawi), festival film layar tancap, shalat Id, hingga perayaan agustusan.

Konsep ramah lingkungan merupakan keharusan dalam mengembangkan lapangan sepak bola. Atraksi air mancur dan air sprinkler saat penyiraman lapangan sepak bola di pagi dan sore hari memberikan hiburan tersendiri. Malam hari lampu-lampu sorot menerangi kehidupan malam. Semua kebutuhan listrik diperoleh dari energi sel surya. Penempatan sumur-sumur resapan air di sudut-sudut lapangan dan sistem ekodrainase membantu penyerapan suplai air tanah ke dalam tanah sebanyak- banyaknya. Ruang-ruang bawah tanah didukung lereng rumput yang mendinginkan ruang, sirkulasi udara yang mengalir, termasuk dari basement dibuat cerobong-cerobong ventilator keluar (di luar sekaligus menjadi sculpture), dan cahaya alami untuk ruang di bawah bangku tribun stadion menembus glass block.

Sesuai pemberlakuan Peraturan Daerah tentang Pengendalian Pencemaran Udara yang merencanakan kawasan-kawasan tertentu pada hari akhir pekan untuk dijadikan kawasan bebas kendaraan, maka Jalan HOS Cokroaminoto dapat dibangun kawasan pedestrian mal dengan membangun kawasan pedestrian selebar 3-6 meter untuk mendorong warga berjalan kaki melintasi kawasan yang dikembangkan menjadi kawasan perbelanjaan terbatas (galeri, kafe, museum, restoran). Halaman depan lapangan sepak bola disediakan taman fasilitas ruang makan terbuka yang mendukung kehidupan usaha telah berkembang di sini.

Di bawah lereng rumput terdapat kantor Sekretariat Persija yang dilengkapi Galeri dan Museum Persija (fungsi asrama dikeluarkan dari site untuk menekankan kepemilikan umum), kantor Kelurahan Menteng dan Koramil Menteng, kios- kios dari penghuni lama dan pedagang baru secara selektif (jenis usaha) berkoneksi langsung dengan basement. Di bawah lapangan sepak bola disediakan lahan parkir umum dengan kapasitas 300 kendaraan yang dapat memberikan pemasukan dana pemeliharaan lapangan, selain juga pemasukan yang diperoleh dari papan iklan raksasa yang secara selektif dipilih menampilkan gambar yang inspiratif bagi warga kota.

Sebagai identitas kawasan Menteng dipilih pohon menteng yang kini sangat langka ditemukan di kawasan ini. Taman Terapi (di area yang sekarang disebut Taman Kodok) mewadahi kebutuhan warga Menteng yang mayoritas lanjut usia. Bagi kalangan remaja tersedia taman atraktif yang dilengkapi dengan dinding panjat tebing yang menantang adrenalin. Sementara bagi anak-anak, keseluruhan kompleks merupakan wahana eksplorasi yang tiada habis-habisnya dijelajahi setiap saat.

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta selayaknya segera mengkaji ulang untuk mempertahankan lapangan sepak bola Persija di Menteng menjadi salah satu tonggak kebangkitan olahraga, khususnya persepakbolaan di Jakarta, serta pembangunan lapangan sepak bola berkualitas.

NIRWONO JOGA Arsitek Lanskap

0 Comments:

Post a Comment

<< Home